Senin, 31 Oktober 2011

Pemuda, Pengendali Perubahan, dan Pembuktian

Pemuda, kata yang sudah tak asing lagi terdengar di telinga khalayak. Kata tersebut terdengar sampai seantero Indonesia ketika momentum sumpah pemuda 1928, kemerdekaan 1945, dan reformasi 1998. Bahkan kata tersebut sering dihubung-hubungkan dengan perubahan dan cita-cita. Namun sesungguhnya apakah pemuda? Siapa yang menyandang gelar pemuda, umurkah yang menentukan? Dan bagaimana profil pemuda ideal yang tentunya disukai Allah? Mari kita kupas tentang pemuda.
Identitas dan Keistimewaan Pemuda
Banyak yang menyatakan pemuda sebagai agent of change, kenapa? Karena pemuda adalah harapan bangsa, ia adalah agen-agen perubah di negerinya berada. Tapi lebih dari itu, pemuda bak motor gerakan sebuah entitas yang ingin selalu membuat perubahan demi terciptanya cita. Lalu seperti apa identitas pemuda? “Umur dan watak adalah dua unsur penting dalam identitas pemuda sekaligus pembeda dengan golongan lainnya : kaum tua, balita, anak-anak, dan remaja.” Ujar Mi’raj Dodi Kurniawan, seorang mantan aktivis Islam Bandung. Umur, sebagian pihak mengelompokkan antara umur 25 dan 35 sebagai pemuda, ada juga pihak yang menyatakan pemuda berada di antara umur 20 sampai 45. Jika kita melihat umur yang dikelompokkan, pemuda bisa digambarkan sebagai kaum yang energik, mempunyai fisik prima dan bertenaga sedangkan yang lemah dan tak bertenaga adalah kaum tua. Berbanding lurus dengan unsur yang kedua, watak, pemuda memiliki watak pendobrak tatanan layaknya Nabi Musa yang melawan kesewenang-wenangan Firaun, dan kaum tua cenderung berwatak anti perubahan dan mempertahankan status quo seperti para rezim otoriter pada umumnya.
Deskripsi di atas menunjukkan identitas sekaligus keistimewaan pemuda, yang secara tegas terdapat dalam ayat di bawah ini :
 “…Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri (di hadapan penguasa)…” (QS Al Kahfi : 13-14)
Terdapatnya keistimewaan tersebut, akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa pemuda tidak pantas jika hanya disebut sebagai agent of change tetapi mereka lebih pantas disebut director of change (pengendali perubahan), karena sangat berbeda seorang agen (aktivis biasa) dengan director (tokoh) namun dengan syarat memenuhi profil pemuda ideal yang disukai Allah (karena pemuda dalam Islam adalah pemuda yang dicintai Allah). Seperti yang dikutip dalam buku “Menyiapkan Momentum”-nya Rijalul Imam, di antaranya adalah meningkatkan rasa tanggung jawab, memiliki kebanggaan dengan Islam, baik dalam memahami Islam, melayani masyarakat, mengajak ke jalan Islam, membekali diri dengan ilmu, memiliki rasa solidaritas dengan sesamanya, waspada diri dari fitnah, pakai perhitungan, dan tidak terburu-buru.
Tantangan Hari Ini
Dengan profil di atas pemuda di masing-masing zamannya telah membuktikan bahwa mereka pantas disebut sebagai pengendali perubahan, sebut saja Hasan Al Banna dan Mohammad Natsir. Pertanyaannya, bagaimana di zaman ini, setelah lebih dari 10 tahun momentum reformasi. Dimana kaum muda? Plato, seorang filsuf Yunani mengatakan bahwa “Nantinya dalam kehidupannya manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut untuk keluar dari gua tersebut. Memang mereka bahagia tapi diri mereka kosong dan tak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya, mereka tidak mempunyai mimpi.” Itulah gambaran sebagian besar pemuda zaman sekarang, yang terjerumus dalam hegemoni kenikmatan, yang katanya ingin mengalihkan kekuasaan dari kaum tua. Tiga tahun silam Sultan HB X menantang pemuda untuk membuat deklarasi nyata arah perjalanan Indonesia. Sultan mengatakan, kaum muda belum pernah mengungkapkan deklarasi nyata selama Indonesia merdeka. Terakhir, deklarasi kaum muda diungkapkan lewat Sumpah Pemuda tahun 1928. bisakah kita menjawab tantangan Sultan? Sudah tiga tahun tantangan tersebut berlalu, namun belum ada yang bisa menjawab dan membuktikannya.
Menyimak apa yang dikatakan oleh Plato dan Sultan, harusnya pemuda menjadi sadar dan tertantang bahwa mereka harus bergerak, keluar dari gua yang gelap, jauhkan diri dari zona kenyamanan. Pemuda harus mempunyai konsepsi yang jelas untuk mengalihkan kekuasaan dari kaum tua yang mengacau. Jangan cuma berkata, tapi bergerak untuk memenuhi profil ideal pemuda yang disukai Allah, bahkan seorang mujadid abad ke-20, Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan dalam ”Wajibatul Akh”-nya di Risalatu Ta’lim, ”Hendaklah kalian bersungguh-sungguh meningkatkan kapasitas dirimu, hingga tongkat kepemimpinan itu diserahkan kepada kalian yang memiliki kualitas.”
Pembuktian para pengendali perubahan masih ditunggu sampai hari ini, sebentar lagi di bulan ini kita akan memperingati kembali hari Sumpah Pemuda. Jangan sampai idealism pemuda hanya sebatas kelihaian wacana saja, tetapi butuh pembuktian dengan membumikan idealisme tersebut. Wahai para pemuda mari sama-sama kita renungkan kembali makna dan falsafah perjuangan Sumpah Pemuda, wahai para pengendali perubahan, bangkit dan ubah stempel di wajahmu yang hanya bertuliskan agen perubahan. Karena realita pemuda masa kini menunjukkan hari esok suatu bangsa, maka mulailah untuk berkarya.

Keutamaan Ibadah 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang mulia, salah satu dari bulan haram (suci) di mana amal ibadah di bulan ini pahalanya dilipatgandakan. Dan bulan ini juga merupakan bulan pelaksanaan ibadah haji. Jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci untuk menunaikan panggilan Allah melaksanakan rukun Islam yang kelima. Kemuliaan bulan Dzulhijjah, khususnya pada sepuluh hari pertama telah diabadikan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَالْفَجْرِ {1} وَلَيَالٍ عَشْرٍ {2} وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ {3} وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
“Demi fajar,  Dan malam yang sepuluh, Dan yang genap dan yang ganjil,  Dan malam bila berlalu” (QS Al-Fajr 1-4)
Allah SWT bersumpah dengan 5 makhluk-Nya, bersumpah dengan waktu fajar, malam yang sepuluh, yang genap, yang ganjil dan malam ketika berlalu. Dan para ulama tafsir seperti, Ibnu Abbas RA, Ibnu Zubair RA, Mujahid RA, As-Sudy RA, Al-Kalby RA  menafsirkan maksud malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Allah bersumpah dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah karena keutamaan beribadah pada hari tersebut, sebagaimana hadits Rasul SAW:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ.‏
Dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari dimana amal shalih lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini –yaitu sepuluh hari pertama Dzulhijjah.“ Sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah SAW, tidak juga jika dibandingkan dengan jihad di jalan Allah?“ Rasul saw. menjawab, ”Tidak juga dengan jihad, kecuali seorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya serta tidak kembali (gugur sebagai syahid).” (HR Bukhari)

Asal Usul


Blog ini dibuat sebagai cikal bakal situs internet Pondok Pesantren Modern Al Azhar Indonesia yang berlokasi di desa Boteng Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik Jawa Timur. Jadi tidak menutup kemungkinan blog ini akan menjadi situs profesional ( Amin ). Rencana awal akan digunakan untuk melengkapi persyaratan pendirian sekolah bertaraf international, tetapi karena sesuatu hal rencana tersebut tertunda. Show must go on, situs internet ini harus tetap tayang, apalagi layanan akses broadband 1 megabyte dari perusahaan telekomunikasi nasional sudah ready. Sementara blog ini masih dikelola single fighter secara swakelola oleh Ust Abdulloh Wahab Al Ghofur Al Musawwa Al Idrus ( anggota Dewan TANFIZDIAH ) tetapi ke depan di harapkan di kelola oleh Dewan Humas sesuai progja. Apabila masih ada kekurangan mohon di maklumi.

Rabu, 19 Oktober 2011

Tentang Ponpes Modern Al Azhar Indonesia

Pondok Pesantren Modern “ AL AZHAR ” ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk membantu seluruh elemen masyarakat serta pemerintahan dalam bidang sebagai berikut :
  • Pendidikan Agama
  • Pendidikan Umum
  • Sosial dan Kemasyarakatan
  • Pembinaan Mental Spiritual yang berlandaskan Ahlussunah Wal Jamaah, di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berazaskan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945
Untuk mencapai maksud dan tujuan di atas maka Pondok Pesantren Modern “ AL AZHAR ” mengadakan Usaha sebagai berikut :
  • Menyelengarakan Pendidikan Umum dan Agama
  • Mengadakan Cerama Agama,Seminar,dan Karya-karya kemanusiaan
  • Mengadakan Pendidikan Formal ( Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi ) dan Non Formal.( Pondok Pesantren.
  • Mengusahakan dan Mensejahterakan Anak Yatim dan Piatu, Fakir, Miskin dan memberikan santunan yang lain sesuai dengan kebutuhan hidup.
  • Bekerja sama dengan Yayasan, Pondok Pesantren, atau Badan Lembaga yang mempunyai tujuan sama baik dalam Negeri atau di luar Negeri.
  • Mengadakan Usaha yang tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku serta sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Visi dan Misi
Visi    : Mencetak Generasi yang berahlakul karimah dan berwawasan luas  
Misi   :
  • Melaksanakan dakwah secara bijaksana dan benar sesuai dengan Ajaran Ahlusunnah wal jamaah.
  • Membentuk Insan yang beriman dan bertaqwa.
  • Mensejahterakan Anggota dan Elemen masyarkat pada umumnya