Pemuda, kata yang sudah tak asing lagi terdengar di telinga khalayak.
Kata tersebut terdengar sampai seantero Indonesia ketika momentum
sumpah pemuda 1928, kemerdekaan 1945, dan reformasi 1998. Bahkan kata
tersebut sering dihubung-hubungkan dengan perubahan dan cita-cita. Namun
sesungguhnya apakah pemuda? Siapa yang menyandang gelar pemuda, umurkah
yang menentukan? Dan bagaimana profil pemuda ideal yang tentunya
disukai Allah? Mari kita kupas tentang pemuda.
Identitas dan Keistimewaan Pemuda
Banyak
yang menyatakan pemuda sebagai agent of change, kenapa? Karena pemuda
adalah harapan bangsa, ia adalah agen-agen perubah di negerinya berada.
Tapi lebih dari itu, pemuda bak motor gerakan sebuah entitas yang ingin
selalu membuat perubahan demi terciptanya cita. Lalu seperti apa
identitas pemuda? “Umur dan watak adalah dua unsur penting dalam
identitas pemuda sekaligus pembeda dengan golongan lainnya : kaum tua,
balita, anak-anak, dan remaja.” Ujar Mi’raj Dodi Kurniawan, seorang
mantan aktivis Islam Bandung. Umur, sebagian pihak mengelompokkan antara
umur 25 dan 35 sebagai pemuda, ada juga pihak yang menyatakan pemuda
berada di antara umur 20 sampai 45. Jika kita melihat umur yang
dikelompokkan, pemuda bisa digambarkan sebagai kaum yang energik,
mempunyai fisik prima dan bertenaga sedangkan yang lemah dan tak
bertenaga adalah kaum tua. Berbanding lurus dengan unsur yang kedua,
watak, pemuda memiliki watak pendobrak tatanan layaknya Nabi Musa yang
melawan kesewenang-wenangan Firaun, dan kaum tua cenderung berwatak anti
perubahan dan mempertahankan status quo seperti para rezim otoriter
pada umumnya.
Deskripsi di atas menunjukkan identitas sekaligus keistimewaan pemuda, yang secara tegas terdapat dalam ayat di bawah ini :
“…Sesungguhnya
mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan
Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati
mereka di waktu mereka berdiri (di hadapan penguasa)…” (QS Al Kahfi : 13-14)
Terdapatnya
keistimewaan tersebut, akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa pemuda
tidak pantas jika hanya disebut sebagai agent of change tetapi mereka
lebih pantas disebut director of change (pengendali perubahan), karena
sangat berbeda seorang agen (aktivis biasa) dengan director (tokoh)
namun dengan syarat memenuhi profil pemuda ideal yang disukai Allah
(karena pemuda dalam Islam adalah pemuda yang dicintai Allah). Seperti
yang dikutip dalam buku “Menyiapkan Momentum”-nya Rijalul Imam, di
antaranya adalah meningkatkan rasa tanggung jawab, memiliki kebanggaan
dengan Islam, baik dalam memahami Islam, melayani masyarakat, mengajak
ke jalan Islam, membekali diri dengan ilmu, memiliki rasa solidaritas
dengan sesamanya, waspada diri dari fitnah, pakai perhitungan, dan tidak
terburu-buru.
Tantangan Hari Ini
Dengan
profil di atas pemuda di masing-masing zamannya telah membuktikan bahwa
mereka pantas disebut sebagai pengendali perubahan, sebut saja Hasan Al
Banna dan Mohammad Natsir. Pertanyaannya, bagaimana di zaman ini,
setelah lebih dari 10 tahun momentum reformasi. Dimana kaum muda? Plato, seorang filsuf Yunani mengatakan bahwa “Nantinya
dalam kehidupannya manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang
berisi keteraturan kemapanan dan mereka senang berada di dalamnya.
Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang
telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut untuk keluar dari gua
tersebut. Memang mereka bahagia tapi diri mereka kosong dan tak pernah
menemukan siapa diri mereka sebenarnya, mereka tidak mempunyai mimpi.”
Itulah gambaran sebagian besar pemuda zaman sekarang, yang terjerumus
dalam hegemoni kenikmatan, yang katanya ingin mengalihkan kekuasaan dari
kaum tua. Tiga tahun silam Sultan HB X menantang pemuda untuk membuat
deklarasi nyata arah perjalanan Indonesia. Sultan mengatakan, kaum muda
belum pernah mengungkapkan deklarasi nyata selama Indonesia merdeka.
Terakhir, deklarasi kaum muda diungkapkan lewat Sumpah Pemuda tahun
1928. bisakah kita menjawab tantangan Sultan? Sudah tiga tahun tantangan
tersebut berlalu, namun belum ada yang bisa menjawab dan
membuktikannya.
Menyimak apa yang dikatakan oleh Plato dan Sultan,
harusnya pemuda menjadi sadar dan tertantang bahwa mereka harus
bergerak, keluar dari gua yang gelap, jauhkan diri dari zona kenyamanan.
Pemuda harus mempunyai konsepsi yang jelas untuk mengalihkan kekuasaan
dari kaum tua yang mengacau. Jangan cuma berkata, tapi bergerak untuk
memenuhi profil ideal pemuda yang disukai Allah, bahkan seorang mujadid
abad ke-20, Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan dalam ”Wajibatul Akh”-nya di Risalatu Ta’lim, ”Hendaklah
kalian bersungguh-sungguh meningkatkan kapasitas dirimu, hingga tongkat
kepemimpinan itu diserahkan kepada kalian yang memiliki kualitas.”
Pembuktian
para pengendali perubahan masih ditunggu sampai hari ini, sebentar lagi
di bulan ini kita akan memperingati kembali hari Sumpah Pemuda. Jangan
sampai idealism pemuda hanya sebatas kelihaian wacana saja, tetapi butuh
pembuktian dengan membumikan idealisme tersebut. Wahai para pemuda mari
sama-sama kita renungkan kembali makna dan falsafah perjuangan Sumpah
Pemuda, wahai para pengendali perubahan, bangkit dan ubah stempel di
wajahmu yang hanya bertuliskan agen perubahan. Karena realita pemuda
masa kini menunjukkan hari esok suatu bangsa, maka mulailah untuk
berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar